
JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi meluncurkan bantuan pangan berupa beras terfortifikasi dan biofortifikasi, yang dikenal sebagai beras khusus.
Program ini ditujukan untuk memberikan nutrisi tambahan kepada masyarakat sekaligus mengantisipasi risiko stunting pada anak-anak.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa beras fortifikasi ini mengandung berbagai vitamin dan mineral penting, termasuk vitamin B1, B3, B9, serta Zinc. “Itu kan manfaat supaya anak-anak nanti tidak stunting, dan orang di rumah mengkonsumsi vitamin dan mineral itu dari bio-fortifikasi beras,” ujar Arief saat ditemui di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat.
Beras fortifikasi ini berbeda dengan bantuan pangan beras reguler yang akan disalurkan pada Oktober hingga November mendatang. Bantuan beras reguler bersumber dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dengan kualitas medium dan ditujukan kepada 18,2 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh Indonesia.
Baca JugaCek Daftar Penerima Bansos Beras 10 Kg Oktober 2025 Online Lewat Website Resmi
Arief menekankan, penerima bantuan beras fortifikasi ini merupakan kelompok berbeda dari KPM yang menerima beras reguler. “Kalau (bantuan pangan) beras biasa, beras biasa. Nggak ada penambahan vitamin dan mineral kan,” jelasnya. Dengan begitu, bantuan beras khusus memberikan nilai tambah berupa nutrisi yang sebelumnya tidak terdapat pada beras biasa.
Dari sisi harga, beras fortifikasi memang sedikit lebih mahal dibanding beras reguler. Menurut Arief, selisih harga sekitar Rp1.500–2.000 per kilogram. Jika beras biasa dipatok sekitar Rp14.000–15.000 per kilogram, beras fortifikasi dijual sekitar Rp17.000 per kilogram. Meski lebih mahal, manfaat kesehatannya dianggap jauh lebih besar, terutama bagi anak-anak yang membutuhkan asupan gizi tambahan untuk mendukung pertumbuhan optimal.
Bapanas melihat program ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus mengurangi masalah stunting yang masih menjadi isu serius di Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis yang dapat berdampak pada kemampuan kognitif, kesehatan, dan produktivitas di masa depan.
Selain distribusi beras fortifikasi, Arief menyampaikan adanya pembahasan dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk pengembangan program ke depan, termasuk kemungkinan pemberian bantuan pangan dalam bentuk nasi fortifikasi. “Sebenarnya saya pernah berbicara seperti ini sama Kementerian Kesehatan juga. Jadi kalau misalnya ini diberikan kan akan lebih baik ya, misalnya nanti kita bicara ke depan, nggak sekarang. Kita ke depan, misalnya bantuan pangan itu, nasinya misalnya ada fortifikasi kan akan lebih bagus,” ujarnya.
Langkah ini dinilai sebagai inovasi penting dalam penyaluran bantuan sosial, karena tidak hanya memberikan kuantitas beras, tetapi juga meningkatkan kualitas nutrisi yang diterima masyarakat. Hal ini sekaligus menjadi upaya preventif dalam meminimalkan risiko gangguan pertumbuhan pada anak-anak, yang merupakan generasi penerus bangsa.
Peluncuran beras fortifikasi juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk memanfaatkan program bansos sebagai sarana pemberdayaan masyarakat melalui gizi dan kesehatan. Dengan penambahan vitamin dan mineral, beras ini tidak hanya memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga mendukung fungsi tubuh dan perkembangan otak anak.
Program beras fortifikasi ini diharapkan dapat menjadi model bagi penyaluran bantuan pangan di masa depan. Penggunaan bahan pangan yang diperkaya gizi dapat diterapkan lebih luas, tidak hanya di kalangan penerima bansos, tetapi juga dalam program pangan sekolah atau bantuan masyarakat lainnya.
Distribusi beras fortifikasi akan dilakukan secara bertahap dan menyasar keluarga yang membutuhkan dengan kriteria tertentu, termasuk mereka yang memiliki anak balita atau sedang hamil. Penentuan sasaran ini bertujuan agar dampak pemberian nutrisi lebih optimal, terutama pada kelompok rentan yang paling rawan mengalami defisiensi gizi.
Dengan hadirnya beras fortifikasi, pemerintah berharap dapat menekan angka stunting dan sekaligus memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang. Inisiatif ini juga diharapkan mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap kualitas makanan yang dikonsumsi, bukan sekadar kuantitasnya.
Peluncuran bansos beras khusus menjadi bukti nyata pemerintah dalam memprioritaskan kesehatan masyarakat sekaligus memastikan bantuan sosial memiliki manfaat ganda, baik dari sisi ekonomi maupun kesehatan. Program ini menunjukkan bahwa intervensi gizi melalui pangan dapat menjadi strategi efektif dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat.
Dengan demikian, perbedaan utama antara beras fortifikasi dan beras reguler terletak pada kandungan nutrisi tambahan, harga, dan target penerima. Meski demikian, keduanya tetap bagian dari upaya pemerintah dalam memastikan ketahanan pangan dan perlindungan sosial bagi seluruh warga negara.

Mazroh Atul Jannah
idxcarbon adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Purbaya Ungkap Harga Asli LPG, Pertalite, dan Subsidi
- 01 Oktober 2025
2.
Mendagri Tito Hadiri Akad Massal KPR 26.000 Rumah
- 01 Oktober 2025
3.
Serikat Buruh Usul Rasio Upah Karyawan dan Direksi Dalam RUU
- 01 Oktober 2025
4.
Ray Dalio Temui Prabowo, Tetap Dukung Danantara Secara Sukarela
- 01 Oktober 2025
5.
Kementrian Haji Buka Rekrutmen Petugas Haji 2026 Mulai November
- 01 Oktober 2025